My Favorite

My Favorite
Muse

Minggu, 05 Februari 2012

Kelabu

Jeritan serta rongrongan mereka
Menghiasi tragedi hari ini
Darah dan air mata membanjiri tempat itu
Selimuti hati sang gadis kecil
Berharap secercah harapan hadir
Untuk hidupnya yang kian sengsara
Namun sendiri ia disana
Terpaku dan diam meratapi keadaan
Menangis ia menangis
Semakin menambah basah seluruh tubuh mungilnya
Basah karena tangisan sang bola kehidupan
Menambah kelabu hari ini
             Kelabu, kian kelabu

Malam

Berajalan melewati lorong sepi
Di temani cahaya sang rembulan
Sayup-sayup terdengar lolongan anjing
Membuat malam kian mencekam

Namun ia tiada gentar
Demi sejengkal harapan semu
Yang mungkin takkan mampu ia capai
Walau lelah ia melangkah

Malam kian larut dan sunyi
Dinginnya semakin menusuk tulang
Harapannya kian terhimpit
Oleh malam yang membunuh langkahnya

Akankah ia berhenti melangkah?
Akankah ia berhenti berharap?
Mungkinkah ia mati terbunuh malam?
Tiada tahukah kita akan takdir hidupnya?

Tirai

Akan sama kita lalui sebuah gerbang
Sudah itu kita pun akan lenyap
Tirai gelita di ambang gerbang
kepekatan misteri segala misteri
Barangkali
Itu demi sopan santun
Bagaikan di kamar mandi
Kita cuma tinggal nurani bulat bulat
Tanpa tutup apa-apa lagi
Sedang jasad duniawi
Bagaikan pakaian saja
Lusuh dan berkeringat busuk
Penuh kuman yang menggerogoti
Teronggok sia-sia di pojok ruang
Sunyi dalam sunyi.


(IKRANAGARA)
-1968-         


Jumat, 03 Februari 2012

Hasta La Vista

Dalam sudut yang sangat sempit, gelap pun menyertai.
Kian terbentang semua pelik masa laluku.
Disini ku mencoba melupakan semua pahit dalam sebuah ironi tragedi kehidupan.
Kian memaksa jati diri tuk memikul semua beban hati.

Tinta yang telah ku goreskan dalam lembaran kehidupan,
tak dapat ku hapus lagi.
Semua dusta yang ku jalani takkan pernah bisa ku rubah.
Namun, akankah ku bisa untuk membuangnya?

Tanda tanya besar bagiku.
Sudahlah, ku coba untuk membuka lembaran baru dengan tindakan yang lebih baik lagi.
Hasta La Vista, pergi jauh tinggalkan masa kelam.
kini ku akan bangkit, jalani kenyataan yang ada sebagaimana mestinya.

"Waktu"

Berjalan perlahan, melewati berbagai aral dan menepis kesepian dalam hidup.
Mencoba bertindak tanpa berfikir panjang.
Sayup-sayup terdengar jeritan sang alam, semakin memenuhi rentetan kepedihan hidup.
Kau  membuka tirai mentari yang tlah lama mampu menutupi semua pelik dalam hidup yang sangat fana ini.
Anjing luu!!!

Waktumu tlah kau buang sia-sia tanpa suatu kepastian.
Semakin memperburuk keadaan yang kian menghimpit dan menjerat sang alam.
Kini hanya tinggal kesengsaraan bersama yang kita dapatkan.
Sebuah penyesalan yang hadir dalam balutan kenistaan yang tiada pernah bisa kita rubah bersama.
Alam tlah murka!!!

HANCUR!!!
Bumi kita tlah hancur bersama apa yang tlah kau perbuat.
Satu kalimat yang akan ku katakan padamu,
Dasar Bajingan luu!!!
Sampah masyarakat......
Matilah kau bersama duniamu yang kau anggap sebagai kedijayaanmu.